Resensi Film The School for Good and Evil

 Resensi Film oleh Irma Agustina (202210415236)

A. Identitas Film 

Judul Film : The School for Good and Evil 

Sutradara : Paul Feig 

Produser : Joe Roth, Jeffrey Kirschenbaum, Jane Startz, Paul Feig, Laura Fischer 

Penulis Naskah : David Magee, Laura Salon 

Pemain : Sophia Anne Caruso, Sofia Wylie, Charlize Theron, and more Genre : Fantasi 

Durasi Film : 2 jam 27 menit 

Tanggal Rilis Perdana : 18 Oktober 2022 

Produksi : Universal Pictures

B. Sinopsis Film 

Film The School for Good and Evil merupakan film yang diadaptasi dari novel yang berjudul ‘The School for Good and Evil’ karya Soman Chainani. Dalam film ini terdapat dua orang sahabat Sophie (Sophia Anne Caruso) dan Agatha (Sofia Wylie) yang tinggal di Desa Gavaldon, mereka berdua dikucilkan dari lingkungan tersebut. Sophie merupakan gadis feminim yang selalu bermimpi mendapat kehidupan seperti putri dalam dongeng. Sedangkan Agatha ingin menyalurkan bakatnya sebagai seorang penyihir karena ibunya merupakan seorang penyihir. 

Sophie merasa hidupnya tidak bahagia semenjak ibunya meninggal, Sophie memiliki seorang ibu tiri yang jahat yang selalu tidak mengerti perasaan Sophie. Agatha merupakan sosok yang sederhana, ia merasa bahagia dengan hidup sederhana bersama orang-orang yang ia sayangi, termasuk Sophie sahabatnya. 

Sophie berencana ingin mengubah hidup dan nasibnya, ia mendengar ada sekolah yang bisa membuatnya menjadi seorang pahlawan, kemudian ia bertekad untuk mencari sekolah tersebut. Agatha yang mengetahui rencana Sophie pun membujuknya supaya tidak mencari sekolah itu, karena bisa saja berbahaya. 

Pada suatu malam, Agatha melihat sahabatnya Sophie diculik oleh kekuatan tak dikenal. Ketika Agatha mencoba menyelamatkan Sophie ia justru ikut terseret dan masuk ke dunia lain dan menemukan sekolah yang Sophie inginkan. Namun, mereka tidak menyangka akan berakhir di dua kubu yang berbeda, apa yang diharapkan Sophie pun tidak terwujud. 

Sophie menjadi seorang Naver dan dilatih menjadi seorang penjahat di school for evil, sedangkan Agatha menjadi seorang Ever yang dilatih menjadi seorang pahlawan di school for good. School for good and evil sebenarnya satu sekolah yang sama, namun asramanya berbeda. 

Sophie sangat terobsesi untuk menjadi pahlawan, ia melakukan segala cara untuk menjadi pusat perhatian. Sophie pun merasa tersaingi oleh sahabatnya Agatha yang dekat dengan pangeran tampan Tedros yang ditaksirnya.

C. Kelebihan dan Kekurangan Film 

1. Kelebihan Film 

Dalam film the school for good and evil menampilkan kisah persahabatan yang menarik dengan berbagai macam emosi di dalamnya yang membuat penonton ikut terbawa suasana film. CGI film the school for good and evil pun cukup memanjakan mata penonton. Properti yang digunakan dalam film ini sangat menarik, seperti kostum-kostum yang dipakai para pemeran memberikan kesan sesuai dengan karakter yang diperankan. Akting para pemain sangat pantas diapresiasi. Terdapat beberapa pesan yang dapat diambil dari film ini, seperti kita harus bisa mencintai dan menerima diri sendiri tanpa perlu obsesi akan pengakuan orang lain. 

2. Kekurangan Film 

Alur cerita film ini mudah ditebak, ceritanya memiliki banyak keterbatasan karena hanya Agatha dan Sophie yang ditonjolkan dalam film the school for good and evil. Kurangnya daya tarik dalam film ini karena kurang plot twist yang membuat penonton takjub dan kaget. CGI nya juga belum termasuk sempurna. 

D. Kesimpulan dan Saran 

Film the school for good and evil sangat cocok ditonton bagi pecinta film fantasi, dan juga sangat cocok ditonton bersama orang-orang terdekat. Film ini dapat memberikan kesan seolah-olah kita berada di dalam dunia fantasi, dan film ini juga sangat mudah untuk dicerna karena alur ceritanya tidak rumit. 

Saran untuk film the school for good and evil adalah agar lebih banyak lagi plot twist yang tidak mudah ditebak penonton sehingga penonton akan lebih terkesan saat menonton filmnya.